My Story : Psikologi.. It's a Decision (Part 3 - End)



Setelah lulus dari perguruan tinggi, aku punya sebuah idealisme tinggi untuk bekerja sesuai dengan pendidikan. Salah satu mimpiku adalah untuk bekerja di ranah Human Resource ataupun Konsultan SDM dan beberapa tawaran pekerjaan datang namun aku menolak apabila tidak sesuai. Akhirnya aku diterima di sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang Consumer Goods yang bisa dibilang sudah cukup besar dan dikenal masyarakat. Karena termasuk perusahaan yang sudah besar maka HRD pun dibagi beberapa divisi. Sempat galau untuk memilih antara divisi training atau recruitment, tapi akhirnya aku memutuskan untuk di recruitment karena aku suka untuk memprofile orang melalui tes-tes dan interview.

Memasuki dunia kerja menjadikan kenyataan memang tidak seindah mimpi, dimana HRD adalah keinginanku menjadi tempat untuk berkarir tidak sesuai dengan bayanganku. Memahami orang lain tidak semudah mempelajari teori selama kuliah. Mempertahankan idealisme kadang harus berhadapan dengan ego dan kepentingan orang lain. Tidak bisa memecahkan masalah hanya dari sudut pandangku saja tapi harus bisa beradaptasi dengan situasi dan orang lain terutama yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tantangan demi tantangan selalu datang untuk mengasah segala kemampuanku dalam menjalankan tugas, memecahkan masalah, menyampaikan pendapat, menganalisa, serta memberikan solusi baik dengan atasan, rekan kerja, pelamar maupun user yang bisa dikatakan sebagai klien. Tidak jarang aku selalu mengeluh tentang betapa beratnya tugas-tugas dan keputusan-keputusan yang harus kuambil karena sangat bertentangan dengan idealismeku bahkan akhirnya menyerang keyakinanku apakah memang benar jalan ini yang aku impikan selama ini. Dalam perjalanan sempat aku merasa hilang arah dan tujuan sehingga tidak ada lagi percikan semangat seperti awal dulu aku membangun mimpi-mimpiku.

Saat-saat seperti ini yang menjadi andalanku satu-satunya hanya BERDOA. Aku hanya memohon ditunjukkan kembali tujuan dan makna hidupku yang sesungguhnya. Melalui banyak perenungan tentang apa yang sudah aku lakukan selama ini, Tuhan berbicara banyak hal. Aku mulai diingatkan kembali pada awal mengapa aku menyukai psikologi, perlahan waktu berjalan sampai aku mulai mencintainya. Diingatkan juga apa saja yang sudah kupelajari saat aku jatuh lewat orang lain dan masalah-masalah yang sudah berhasil kuhadapi yang membuatku semakin mudah mengatasi masalah dan menyeimbangkan idealisme, ego dan realita. Tak hanya itu, yang terdahsyat aku diingatkan betapa Tuhan mencintaiku lewat orang-orang disekitarku yang selalu mendukungku apapun keadaanku. Mendapatkan kepercayaan banyak orang tentang keberadaanku yang mempunyai kemampuan yang mungkin belum tentu semua orang punya yaitu kemampuan untuk memahami orang lain.

Tak terasa sudah 7 tahun aku bertahan melalui semua itu hingga akhirnya aku menemukan kembali makna dan tujuan hidupku melalui psikologi. Aku dituntut untuk selalu bisa memahami orang lain tanpa berharap untuk dipahami, karena Tuhan ingin aku menjalankan tugasku tanpa melibatkan egoku. Perlahan tapi pasti dan aku masih mempelajarinya sampai sekarang karena bagiku masih sulit (huhuhu), aku hanya menjalankan tugasku karena aku tahu Tuhan sedang menuntun dan mempersiapkanku untuk bisa mencapai cita-citaku yang lebih besar lagi karena Tuhan tahu bahwa itu......keputusanku.

Komentar

Postingan Populer